TRANSLATOR

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Recent Coments

Recent Post

Random Ayat

Senin, 22 September 2008

ORANG - ORANG ROMANTIS

Oleh: Ustdz. Anis Matta


Qais sebenarnya tidak harus bunuh diri. Hidup tetap bisa dilanjutkan tanpa Layla. Tapi itulah masalahnya. Ia tidak sanggup. Ia menyerah. Hidup tidak lagi berarti baginya tanpa layla. Ia memang tidak minum racun. Atau gantung diri. Atau memutus urat nadinya. Tapi ia membiarkan dirinya tenggelam dalam duka sampai napas berakhir. Tidak bunuh diri. Tapi jalannya seperti itu.

Orang-orang romantis selalu begitu : rapuh. Bukan karena romantisme mengharuskan mereka rapuh. Tapi di dalam jiwa mereka ada bias besar. Mereka punya jiwa yang halus. Tapi kehalusan itu berbaur dengan kelemahan. Dan itu bukan kombinasi yang bagus. Sebab batasnya jadi kabur. Kehalusan dan kelemahan jadi tampak sama. Qais lelaki yang halus. Sekaligus lemah.

Kombinasi begini banyak membuat orang-orang romantis jadi sangat rapuh. Apalagi saat-saat menghadapi badai kehidupan. Misalnya ketika mereka harus berpisah untuk sebuah pertempuran. Maka cinta dan perang selalu hadir sebagai momen paling melankolik bagi orang-orang romantis. Mengerikan. Tapi tak terhindarkan. Berdarah-darah. Tapi tak terelakkan. Itu dunia orang-orang jahat. Dan orang-orang romantis datang kesana sebagai korban.

Begitu ruang kehidupan direduksi hanya ke dalam kehidupan mereka berdua dunia tampak sangat buruk dengan perang. Tapi kehidupan punya jalannya sendiri. Ada kaidah yang mengaturnya. Dan perang adalah niscaya dalam aturan itu. Maka terbentanglah medan konflik yang rumit dalam batin mereka. Dan orang-orang romantis yang rapuh itu selalu kalah. Itu sebabnya Allah mengancam orang-orang beriman : kalau mereka mencintai istri-istri mereka lebih dari cinta mereka pada jihad, maka Allah pasti punya urusan dengan mereka.

Tapi itulah persoalan inti dalam ruang cinta jiwa. Jika cinta jiwa ini berdiri sendiri, dilepas sama sekali dari misi yang lebih besar, maka jalannya memang biasanya kesana : romantisme biasanya mengharuskan mereka mereduksi kehidupan hanya ke dalam ruang kehidupan mereka berdua saja. Karena di sana dunia seluruhnya hanya damai. Di sana mereka bisa menyambunyikan kerapuhan atas nama kehalusan dan kelembitan jiwa. Itu sebabnya cinta jiwa selalu membutuhkan pelurusan dan pemaknaan dengan menyatukannya dengan cinta misi. Dari situ cinta jiwa menemukan keterahan dan juga sumber energi. Dan hanya itu yang memungkinkan romantisme dikombinasi dengan kekuatan jiwa. Maka orang-orang romantis itu tetap dalam kehalusan jiwanya sebagai pecinta, tapi dengan kekuatan jiwa yang tidak memungkinkan mereka jadi korban karena rapuh.

Ketika kabar syahidnya syekh Abdullah Azzam disampaikan kepada istri beliau, janda itu hanya menjawab enteng, Alhamdulillah, sekarang dia mungkin sudah bersenang-senang dengan para bidadari…

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Romantis !
Sebuah kata yang kedengaranya agak feminim, tetapi banyak masculin yang bersifat romantis atau boleh saya katakan maskulin yang feminim.
Ada juga yang mengatakan "rokok makan Geratis" identik dengan kemalasan tapi pingin hidup senang.
Qais & Layla, Romi & Yuli, cinderela dan pangeran dan lain lain adalah sebagian contoh kisah - kisah romantis.
Sang pembaca atau sang pendengar akan terbuai dengan kata-kata sang penulis atau sang penyihir, terbuai dengan romantisme abstrak yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang punya daya imajinasi tinggi.
Bahwa suatu saat mereka akan mengalami hal yang sama dan akan merasakan suatu bentuk extasi yang luar biasa yang tidak dapat dituangkan dalam bentuk kata-kata.

Sehingga ketika hal yang terjadi adalah diluar keinginan mereka maka kontradiksi mental yang terjadi, sehingga kekuatan mental menjadi turun yangmengakibatkan mereka selalu merasa tidak ada gunanya lagi hidup ini, bahkan sampai ketingkat ekstrim dengan mengakhiri hidup, yang mereka pikir dapat mengakhiri penderitaan mental mereka.

Singkatnya orang-orang yang berfikir secara romantis berlebihan cenderung mudah patah, mudah goyah, mudah putus asa dan pingin cepat cepat menghilangkannya.

Tidak ada rasa ingin bertahan hidup, bahwa hidup adalah perjuangan adalah mitos, mereka hanya bicara kulit-kulit luar dari suatu permasalahan yang cenderung bersifat phisik atau membaca yang tersurat tanpa melihat yang tersirat/makna.

Sehingga bila mereka berbuat baik sesuai norma / aturan agama maka akan masuk syurga dan akan ditemani oleh bidadari, punya istana megah dengan 80 kamar setiap kamar punya 80 tempat tidur setiap tempat tidur punya 80 bantal dst.

Sampai batas tertentu mereka akan terbuai dengan hal - hal tersebut, sehingga bila tidak ada pahala, bila tidak ada syurga, bila tidak ada bidadari mereka enggan untuk melaksanakan ibadah.

Adalah siapa pemilik hal-hal yang indah tadi yang sangat diharapkan itu justru mereka lupakan.
Adalah Sang CAUSA PRIMA / Penyebab dari segala penyebab telah dilupakan oleh keindahan ciptaan Sang Causa Prima.
Sangat ironis.

Mereka lebih suka hasil ciptaanNya ketimbang Penciptanya.
Bahwasanya itu adalah sifat rahman dan rohim Nyalah sehingga diciptakanNya segala bentuk keindahan tadi supaya kita berfikir dan berfikir atas segala bentuk nikmat tanpa pernah lupa kepada Sang Pemberi Nikmat.

Sampai pada titik tertentu jika Sang Penyebab dari segala penyebab tadi ridho pada apa yang kita lakukan dan kita ridho pada apa yang Dia berikan, maka apalah arti syurga, apalah arti neraka, apalah arti istana, apalah arti bidadari dan apalah arti semua keindahan yang ada bila Sang Maha Pencipta Keindahan tadi telah mencurahkan segala keridhoanNya kepada kita.

Yang ada adalah rasa kerinduan yang teramat sangat untuk segera bertemu denganNya.
Yang ada adalah ucapan yang iklas dari hati terhadap apa yang diberikan olehNya.
Yang ada adalah kedamaian selalu beserta kita.
Yang ada adalah rasa syukur yang tiada batasnya.

Semua itu tadi adalah romantisme mental spiritual yang sejati, sehingga tidaklah perlu Qais menangis lalu bunuh diri hanya karena Layla karena layla adalah ciptaanNya.
Tidak perlulah yuli meminum racun untuk ditangisi romi.
Karena Sang Maha Segalanya memberi cobaan hanya untuk melihat tingkat keiklasan hambaNya menerima keputusanNya dengan tujuan untuk mendapat ridhoNya.
Setelah itu adlah kenikmatan yang didapatkannya.

Posting Komentar