TRANSLATOR

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Recent Coments

Recent Post

Random Ayat

Selasa, 29 Juli 2008

yang Muda lebih Progresif atau yang Tua lebih Arif?

Belakangan ini kencang berhebus isu pemimpin tua dan pemimpin muda. Menjelang pemilu 2009 terutama pemilu presiden suhu politik semakin memanas. Presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahaan telah membut berbagai kelompok untuk berlomba – lomba menggapainya, tentunya dengan berbagai sudut pandang dan tujuan yang berbeda. Kita sebagai rakyat kecil hanya berharap semoga niat mereka tulus untuk membela rakyat yang semakin sulit dalam mempertahankan hidupnya.

Dari kalangan politikus senior, mereka masih berambisi untuk bisa menduduki jabatan tersebut, demikian dari kalangan muda merasa merekalah yang lebih mampu untuk bias menjalankan pemerintahaan.

Dari kalangan tua atau lebih dari 50 tahun ada Susilo Bambang Yudoyono yang sekarang masih presiden, Megawati Sukarno Putri yang pernah menjadi presiden, Gus Dur yang juga pernah menjadi presiden, Wiranto, Sultan Hamengku Buwono, Jusuf Kalla dan Sitiyoso mantan Gubernur DKI. Dari kalangan muda atau kurang dari 50 tahun ( balita ) ada Fajrul Rohman, Rizal Malarangeng, Yusril Ihza mahendra, Hidayat Nurwahid, dan Yudi Chrisnandi.

Kalangan muda mengklaim mereka lebih punya visi yang segar, progresif, berani mengambil resiko dan tidak terkait secara langsung dengan orde lama dan orde baru yang pada akhir masa orde – orde tersebut banyak meninggalkan persoalan bagi bangsa ini.

Kalangan tua mengklaim mereka lebih punya pengalaman dan lebih arif dan itu sangat diperlukan dalam mengatasi masalah bangsa ini.

Tua atau muda tentu tergantung rakyat yang akan memilih. Yang menjadi masalah bagi kalangan muda mereka merasa tersumbat karena partai – partai besar yang memungkinkan sebagai jalan dalam pertarungan memperebutkan kursi presiden dikuasai kalangan tua, sementara dari jalur independent tidak memungkinkan karena UUD 45 tidak mengijinkan hal tersebut.

Kalau kita tengok kebelakang, perjuangan merebut kemerdekaan dipelopori kaum muda dengan organisasi kebangsaan pertama SI dan BU. Demikian juga Sumpah Pemuda yang menyatakan identitas Indonesia juga digerakan oleh kaum muda. Sukarno menjadi pemimpin negeri ini pertama kalinya dalam usia relative muda demikian juga Suharto yang berhasil dalam melaksanakan pembangunan juga menjadi presiden dalam usia yang masih muda. Dalam usia yang masih relative muda mereka berhasil melakukan perubahan, Sukarno berhasil menjadikan Indonesia sebagai Negara berdaulat menegakan demokrasi. Suharto berhasil dengan pembangunannya berhasil merubah Indonesia menjadi kekuatan yang disegani di Asia.

Kita catat ketika mereka menginjak usia yang semakin tua, bukan kearifan yang muncul. Dikala progresifitas mulai menurun, keraifan juga tak kunjung terlihat. Sukarno dengan demokrasi terpimpin ingin memimpin Indonesia seumur hidup. Kalau kita kutip dari wawancara Sukarno dengan wartawan asing setelah dia pinggirkan oleh Suharto, Sukarno berkata bahwa dia ingin memimpin Indonesia samapai dia lelah dan menyerahkan kepada penggantinya. Suharto yang sudah tua dan sangat lama menjadi presiden juga terus memepertahankan kekuasaanya samapai kemudian diruntuhkan oleh kekuatan mahasiswa. Kalau kita pikir hal tersebut sungguh sangat memilukan. Belum lagi kalau kita kutip pernyataan Jusuf Kalla kalau semua mantan presiden kita tidak ada yang saling berkomunikasi setelah mereka lengser dari jabatannya, walaupun tentunya dengan alas an yang berbeda. Sukarno tidak berkomunikasi dengan Suharto karena Sukarno diisolasi oleh Suharto, Suharto tidak mau ketemu Habibie karena mencurigai Habibie walaupun Habibie sudah berusaha dengan berbagai cara untuk bertemu dengan Suharto, Habibie dan Gus Dur tidak berkomunikasi karena berbeda pandangan, Gus Dur tidak mau berkomunikasi dengan Megawati karena sakit hati, dan Megawati tidak mau bekomunikasi dengan SBY karena merasa kalau SBY adalah anak buah yang kurang ajar.

Kalau kita tengok rentetan cerita tadi sungguh para pemimpin itu semakin tua tidak semakin menunjukan kearifannya, walaupun itu mungkin hanya terjadi di Indonesia karena mungkin mereka bukan negarawan sejati.

Kalau kita kembali ke judul di atas terbukti yang muda lebih progresif dan punya misi tetapi yang tua belum tentu semakin arif.

Read More...

Abu - Abu

Ada teman saya bernama Abu, beliau bekerja disebuah perusahaan konstruksi………….. Emmmm beliau itu baik dan pinter.

Tetapi bukan itu yang hendak saya tulis di sini. Berikut adalah yang hendak saya tulis:


Pada suatu hari, ya sebut aja hari itu adalah hari selasa, seorang bapak sedang libur dan asik membaca koran di teras rumah. Dia bekerja disebuah perusahaan oil company yang punya schedule 2-2, yang artinya 2 minggu kerja dan 2 minggu libur.

Tepat jam 12.30 anaknya yang kelas 3 sekolah dasar pulang sekolah. Waktu itu tidak seperti biasa anaknya yang bernawa Dyah Menur berlari kencang dan langsung mask kamar tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu. Melihat gelagat anaknya yang aneh tidak seperti biasa itupun sang bapak kaget bukan kepalang, bagai ada pesawat yang menyambar di depannya.


Segera dia masuk ke dalam rumahnya dan ternyata pintu kamar Dyah Menur ditutup rapat dan dikunci dari dalam. Si bapak pun bertanya – Tanya ada apa gerangan.


Bapak : ‘Dyah…. Dyah sayang ada apa? Kenapa menangis?” Terdengar suara sesenggukan dari dalam. Berulang – ulang si bapak memanggil dan menanyakan apa yang terjadi dan mengapa menangis tetapi Dyah anaknya tidak juga menjawab dan terus menangis sesenggukan di kamar. Sangat terasa kalau hatinya sanagt perih dan terluka. Dari sesenggukannya yang saling susul menyusul tergambar kalau ada sesuatu yang sangat berat dia rasakan. Mendengar tangis anaknya yang tak kunjung berhenti si bapak pun cemas akan apa yang telah terjadi pada anak perempuannya, apakah ada orang jahat yang telah melukainya??? Si bapak pun memanggil dengan nada yang lebih keras penuh cemas.


Mendengar bapaknya memanggil dengan suara yang sangat keras tidak seperti biasanya yang selalu penuh rasa sayang, Dyah pun keluar dan segera memeluk bapaknya.


Dyah : “ Bapak… masa hanya karena Dyah salah semua pekerjaan rumah yang semalam tangan Dyah dipukul penggaris sampai merah, padahal itu salah kan karena Dyah belum tahu cara mengerjakannya, Apakah Dyah tidak boleh salah?”


Dyah terus merajuk, menangis sambil menunjukan telapak tangannya yang merah bekas pukulan penggaris. Dalam hati sang bapak hal itu sungguh memilukan dan membuat sangat marah. Memang bekas pukulan itu masih jelas menandakan pikulan itu tidak sekali dilakukan dan sangat keras. Tak terasa air matapun meleleh di pipi sang bapak. Dalam hatinya berkata, kenapa anak sekecil itu menerima hukuman yang sangat sadis seperti itu, bukankah dia baru 9 tahun, umur yang masih sangat kecil untuk menerima dan mengerti sebuah hukuman yang sadis itu. Tidak bisakah dengan kata – kata dan penjelasan seperlunya. Ada sisi lain yang sungguh sangat mengiris hati orang tua menyaksikan itu.


“Apakah Dyah tidak boleh salah?” kata – kata itu sungguh sangat menyayat hati. Apakah manusia tidak boleh salah? Kita manusia bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah, kita manusia diciptakan tidak sempurna, penuh dengan kekurangan dan kealpaan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Setiap orang pasti pernah berbuat salah, tetapi tidak ada orang yang selalu salah atau jahat. Seorang dermawan bukanlah tanpa cela, suatu saat pasti dia pernah berbuat salah, demikian sorang penjahat, bukan berarti dia tidak punya sisi kebaikan. Penjahat sekelas Joni Indo pun bias menjadi seorang peneceramah yang membagikan pengalamannya kepada orang lain sehingga bias bermanfaat bagi orang lain. Mengagungkan dan menganggap orang biasa tanpa cela seperti jaman kerajaan yang menyembah rajanya, adalah sebuah perbutana yang keliru karena sama saja dengan tidak memanusiakan orang tersebut. Demikian juga memvonis seorang penjahat bahwa dia akan selalu jahat dan tidak termaafkan juga tidaklah benar, karena seberapapun jahat seseorang pasti dia punya sisi kemanusiaan yang baik sebagaimana fitrah manusia. Tidak ada orang yang sepenuhnya putih demikian juga tidak ada orang yang sepenuhnya hitam. Manusia adalah abu – abu. Tentu yang paling baik adalah bagi siapa saja yang selalu berusaha berbuat lebih baik sehingga abu – abu itu menjadi semakin terang.

Read More...