TRANSLATOR

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Recent Coments

Recent Post

Random Ayat

Senin, 05 Januari 2009

GOLPUT, apakah sebuah solusi?

Sekarang sudah awal bulan Januari 2009, itu artinya PEMILU kurang 3 bulan lagi. Sebuah perhelatan akbar yang akan ikut menentukan arah masa depan bangsa ini. Pemilu adalah cara untuk memilih wakil – wakil rakyat yang duduk dilembaga DPR atau DPRD yang mempunyai fungsi legislasi, budgeter dan kontrol. Selain itu Pemilu adalah sebuah penentuan akan kepercayaan rakyat terhadap partai, apakah rakyat setuju atau tidak terhadap idiologi dan arah perjuangan sebuah partai. Tetapi itu kalau rakyat sebagai objek pemilih mengerti akan isensi dari sebuah perhelatan politik tersebut. Jika rakyat kurang memahami akan hal tersebut maka sebenarnya pemilu tidaklah berpengaruh atau bahkan membahayakan jikalau ada pihak – pihak yang memang mempunyai niat yang kurang baik terhadap negeri ini. Maka itulah perlunya edukasi yang benar terhadap masyarakat.

Seiring semakin dekatnya hari pemilihan, seperti biasanya muncul berbagai isu yang berkaitan dengannya. Termasuk isu itu adalah Golput atau golongan putih yang berarti tidak ikut ambil suara dalam pemilihan. Golput dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut penyebabnya.

1. Golput karena kesalahan system pemilu.
Golput jenis ini adalah akibat dari system pemilu atau kesalahan penyelengara dalam hal ini KPU. Bisa karena tidak terdaftar atau kurangnya sosialisasi.

2. Golput karena sikap pasif.
Disebuah Negara maju yang cenderung aman, lancar, makmur dan tidak ada gejolak biasanya rakyat menjadi pasif dan cenderung individualis. Angka golput di Amerika sebelum Pilpres kemarin yang dimenangkan Barack Husein Obama sangat tinggi, bisa mencapai 50% bahkan lebih. Begitu krisis ekonomi mendera Amerika dan juga dunia, rakyat Amerika bangkit untuk ikut dalam sebuah pemilu karena mereka sadar akan pentingnya sebuah pilihan. Pilihan mereka menentukan sebuah perubahan.

3. Golput sebagai sebuah gerakan.
Dikala rakyat sudah tidak percaya lagi terhadap partai – partai yang ada akan menyebabkan rakyat menjadi apatis dan mengambil sikap golput. Golput menjadi sikap protes terhadap sebuah keadaan. Mereka berharap dengan tingginya angka golput maka akan mengurangi legitimasi dari hasil pemilu tersebut. Jika legitimasinya saja dipertanyakan, akan membuat sebuah pemerintahan gampang goyang. Atau bisa juga golput sebagai sebuah penentangan terhadap sebuah system. Misalkan mereka yang tidak setuju system demokrasi akan mengambil sikap golput, dengan tujuan sama untuk mendeligitimasi sebuah produk dari pemilu tersebut.

Memilih atau tidak memilih menurut undang – undang adalah hak. Sebagai warga negara bebas akan mengunakan hak tersebut atau tidak. Mari kita sedikit menelaah mengapa harus memilih atau mengapa harus golput.

Mari kita lihat sebuah hadist nabi berikut:

Dari Abdullah bin Umar, meriwayatkan dari nabi, bahwa Beliau bersabda : "Bagaimana keadaamu sekalian bila tiba suatu masa yang Hampir tiba, dimana manusia ketika di saring/diseleksi yang tersisa adalah orang-orang yang mnecampur adukan antara janji dan amanatnya?, dan mereka berselisih spt ini (beliau menyilangkan jari jemarinya)". Para sahabat bertanya, "wahai Rosululloh apa yg harus kami lakukan?." beliau menjawab : "Kamu sekalian mengambil apa-apa yang kamu ketahui sebagai kebaikan, & meninggalkan semua yang munkar. dan kamu sekalian harus memperhatikan urusan dari orang-orang yang khowas ( mengerti agama ), dan meninggalkan urusan orang-orang yang awam (bodoh akan agama)." [Riwayat Abu daud, Ann Nasai, At tabrani]

Dari hadist tersebut kita bisa kita artikan bahwa akan datang sebuah zaman yang kacau dimana banyak pemimpin yang tidak amanah dan saling berselisih. Maka pada saat itu kita diwajibkan untuk lebih condong kepada orang – orang yang lebih baik pemahaman agamanya.

Mari kita lihat refernsi lain.
Dalam Zaadul ma’ad, Ibnl Qoyim aljauziah mengatakan:
Mengingkari kemingkaran ada 4 derajat, yaitu:

1. Menghilangkan total (100%)
2. Mengurangi kemungkaran (asal nya 80% kemungkaran mnjadi 79.9% kemungkaran)
3. Mengubah kekemungkaran lain yg derajatnya sama (asalnya rumah zinah di rubah jadi rumah judi-red)
4. Mengubah ke kemungkaran lain yg derajatnya lebih besar.

Beliau melanjutkan telah ijma' kesyar'ian yg pertama dan yg kedua, yg ketiga ulama berikhtilaf , yg keempat harom hukumnya.

Yang ke1 : sbg contoh kita mengubah suatu rumah pelacuran menjkadi masjid.
Yang ke-2 : suka atau tidak, jika mendakwahi seseorg yg asalnya gak pernah sholat dan tukang mabuk, sampe dia bisa berenti mabuk tapi belum pernah sholat, maka itu di syari'atkan. walaupun tentunya meninggalkansholat-nya tetap dihitung sbg dosa. Jika anda jadi gubernur, di wilayahnya asalnya terjadi 100 korupsi tapi begitu anda jadi gubernur jadi 90 korupsi. Maka suka atau tidak inipun di syari'atkan.
Ke-3 : sbg contoh mengubah rumah pelacuran menjadi rumah judi.
Ke-4 : disinilah kita harus berhati – hati karena harom hukumnya. Dalam kaitannya memilih pemimpin walaupun dari pilihan – pilihan yang jelek sekalipun kita harus memilih yang terbaik dari yang jelek – jelek tersebut. Jika golput dan kemudian ternyata yang menjadi pemimpin adalah orang yang dzolim, maka itu berarti kegolputan anda ikut andil dalam mengantarkan org yang dzolim tersebut memimpin negeri ini sehingga kemungkaran yang lebih besar akan terjadi di negeri ini. Sesuai poin 4 tadi diatas, mengubah sebuah kemungkaran menjadi kemungkaran yang lebih besar adalah harom hukumnya.

Syaikh Bin Baz mengatakan:
Dakwah kepada Allah SWT itu mutlak wajibnya di setiap tempat. Amar makruf nahi munkar pun begitu juga. Namun harus dilakukan dengan himah, uslub yang baik, perkataan yang lembut, bukan dengan cara kasar dan arogan. Mengajak kepada Allah SWT di DPR, di masjid atau di masyarakat.Bila dia memiliki bashirah dan dengan cara yang baik tanpa berlaku kasar, arogan, mencela atau ta’yir melainkan dengan kata-kata yang baik. Dengan mengatakan wahai hamba Allah, ini tidak boleh semoga Allah SWT memberimu petunjuk. Wahai saudaraku, ini tidak boleh, karena Allah berfirman tentang masalah ini begini dan Rasulullah SAW bersabda dalam masalah itu begitu. Sebagaimana firman Allah SWT :
Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. An-Nahl : 125
Ini adalah jalan Allah dan ini adalah taujih Rabb kita. Firman Allah SWT :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. QS. Ali Imran : 159
Dan tidak merubah dengan tangannya kecuali bila memang mampu. Seperti merubah istri dan anak-anak-nya, atau seperti pejabat yang berpengaruh pada sebuah lembaga. Tetapi bila tidak punya pengaruh, maka dia mengangkat masalah itu kepada yang punya kekuasaan dan memintanya untuk menolak kemungkaran dengan cara yang baik.

Beliau menyampaikan Wajib nya amar ma'ruf nahyi Munkar/Da'wah dimanapun tempatnya.

Dalam masyarakat banyak sekali logika – logika atau alas an – alas an yang berkembang dan melandasi golput tersebut. Mari coba kita analisa alasan – alasan tersebut.

Tidak ada pilihan yang memadai

Mari kita lihat kembali hadist tersebut di atas.
Dari Abdullah bin Umar, meriwayatkan dari nabi, bahwa Beliau bersabda : "Bagaimana keadaamu sekalian bila tiba suatu masa yang Hampir tiba, dimana manusia ketika di saring/diseleksi yang tersisa adalah orang-orang yang mnecampur adukan antara janji dan amanatnya?, dan mereka berselisih spt ini (beliau menyilangkan jari jemarinya)". Para sahabat bertanya, "wahai Rosululloh apa yg harus kami lakukan?." beliau menjawab : "Kamu sekalian mengambil apa-apa yang kamu ketahui sebagai kebaikan, & meninggalkan semua yang munkar. dan kamu sekalian harus memperhatikan urusan dari orang-orang yang khowas ( mengerti agama ), dan meninggalkan urusan orang-orang yang awam (bodoh akan agama)." [Riwayat Abu daud, Ann Nasai, At tabrani]

Selalu ada pilihan yg terbaik walaupun dari yang terjelek. Adalah wajib bagi kita untuk memilih pada orang – orang yang lebih mengetahui dan paham terhadap agama.

Siapapun yang terpilih tidak ada pengaruhnya ( gak ngaruh )

Ini adalah alasan yang paling populer karena rakyat yang sudah terlalu lelah terhadap kondisi negara dan ekonomi yang tidak kunjung bisa diperbaiki. Tetapi apakah rakyat sendiri tidak punya andil terhadap kondisi ini?
Kalau kita tela’ah kondisi yang ada adalah buah dari kepemimpinan yang gagal. Kita lihat beberapa Negara yang dipimpin oleh orang – orang yang amanah. Negara yang dipimpin oleh pemimpin yang takut akan Alloh dan hari akhir tentu akan bertindak adil dan tidak menzolimi rakyatnya. Tidak menjual asset dan nasib rakyatnya kepada asing hanya untuk dirinya sendiri. Siapakah yang memilih pemimpin selama ini? Memang kita tidak bisa begitu saja menyalahkan rakyat dengan pilihannya yang salah tersebut. Mereka berbuat utu karena ketidak tahuan dan tipu muslihat dari kelompok – kelompok yang tidak bertanggung jawab dan lebih memilih kepentingannya sendiri. Kalau kita lihat siapa pemimpin Indonesia selama ini:
Di zaman orde lama, selama 22 tahun dipimpin Soekarno, Indonesia dikenal sebagai bangsa tempe, melarat, kemiskinan merajalela. Selama 32 tahun dipimpin Soeharto, rezim orde baru dikenal sebagai negara pelanggar HAM parah, sementara warisan hutang luar negeri bejibun, dan menjadi beban rakyat Indonesia. Setelah Orla dan Orba berlalu, negeri kita belum juga naik peringkat, malah lebih terpuruk dari sebelumnya. Kalau kita mau jujur, ternyata rakyat Indonesia lebih suka pemimpin yang jahat daripada pemimpin yang baik, lebih suka orang sekuler dengan pengetahuan agama yang sedikit daripada orang yang dengan pengetahuan agama yang lebih baik. Mengapa rakyat Indonesia menolak pemimpin yang baik? Karena mental rakyat Indonesia adalah mental aji mumpung. Menderita sekian lama dapat kesenangan sedikit sudah lupa.
Penting bagi kita sebelum memilih untuk memperhatikan orang – orang yang akan dipilih.

1. Beragama Islam dan memiliki pengetahuan akan agama yang lebih baik.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimmpin (mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagiaan yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang yang zalim " (QS. Al-Maidah: 51)

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan keduanya”. (Qs. An-Nisa; 4: 135)

Dengan pengetahuan agama yang lebih baik maka diharapkan akan menjadi pemimpin yang adil, pemberani, dan amanah.

2. Mempunyai rekam jejak (track record) yang baik.
3. Tidak mencalonkan diri tetapi dicalonkan. Karena mencalonkan diri dekat dengan ujub (sombong). Yang mencalonkan bisa masyarakyat, kelompok masyarakat, organisasi, lembaga atau partai politik yang dapat dipercaya. Dengan system yang ada sekarang maka calon dicalonkan oleh partai politik. Partai politik bisa meneyeleksi kader – kadernya yang layak, punya kadar iman yang kuat, dan mampu sabagai wakil atau pemimpin yang amanah serta mempunyai ilmu yang cukup.
4. Cerdas dan mempunyai ilmu yang cukup.

Dengan memperhatikan hal – hal tersebut mudah – mudahan akan mendapat pilihan yang tepat dan pilihannya tidak menjadi sia – sia.

Tidak ada jaminan kalau terpilih akan lebih baik

Sering saya mendapat pertanyaan, “apakah ada jaminan, kalau dia terpilih akan lebih baik dari sebelumnya?”
Pertanyaan ini sering muncul dan menjadi alasan orang untuk golput. Memang benar tidak ada satu orangpun bisa menjamin akan hal itu. Tidak ada satu orangpun yang tahu akan kejadian hari esok. Yang tahu hanyalah Alloh SWT. Seseorang yang kelihatan baik dan alim memang belum tentu kalau mereka tidak akan berubah setelah berkuasa dan dengan berbagai iming – iming dan rayuan harta yang banyak. Kita memilih adalah berdasarkan pertimbangan – pertimbangan yang manusiawi. Dengan melihat rekam jejak (track record) selama ini kita bisa menganalisa kadar iman, kemampuan, dan keilmuan seseorang.

Karena tidak suka dengan system yang ada

Negara kita menganut system demokrasi, saya sendiri berpendapat masih ada system yang lebih baik yaitu Khilafah Islamiyah. Tetapi seandainya kita tidak suka dengan system yang ada sekarang dan kemudian kita golput dan karena golput tersebut menyebkan orang kafir atau orang yang zolim berkuasa, maka kitapun akan menanggung kesalahan tersebut. Dengan alasan inilah beberapa orang menganggap kalau golput itu akhirnya haram, karena akan membuat keadaan menjadi lebih buruk dan menimbulkan banyak mudharat.

Demikianlah mudah – mudahan dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan, dan semoga pilihan yang akan diambil dapat bermanfaat baik buat diri sendiri, masyarakat, dan umat seluruh dunia.


***Khoiru Naas anfa'ahum li naas***Sebaik - baik manusia adalah yang bermanfaat buat sesamanya*** Read More...